Monday, 10 June 2013
WAKTU
01:38
2 comments
WAKTU
Oleh
Jeni Mega Febriani
Kenankan aku tuk nikmati sisa waktu ini
Sakit yang mendera jiwa ini
Peluh yang terus menetesi raga ini
Tangis yang tiada henti
Membanjiri ribuan hati
Yang tersakiti
Yang terkoyak – koyak karena cobaan ini
Jiwa – jiwa lemah yang penuh motivasi
Seakan buat ku hidup kembali
Seakan tegar penuh mimpi
Seakan memberi semangat pada jiwa ini
Jiwa yang hampir mati
Jiwa yang tak pasti menanti datangnya mati
Membuat keadaan ini berat tuk ku jalani
Jika waktu begitu berarti
Izinkan aku jalani dengan senyum ini
Dengan semua asa ini
Dengan rasa bahagya di hati
Namun jika waktu ku cukup sampai disini
Biarkan ku pergi
Ikhlaskan ku pergi
Jangan pernah tangisi
Allah senantiasa menjaga ku dikehidupan yang abadi
Saturday, 19 January 2013
KELAS XI IPS 2 YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
06:24
No comments
KELAS KU ISTANA KU
INI MILIK KITA KAWAN MARI KITA LESTARIKAN
SMA NEGERI 1 PURWANTORO
BERJAYALAH
KAMI PUTRA PUTRI MU KELAK KAN BANGGAKAN DAN HARUMKAN NAMAMU
KEBERHASILAN PENDIDIKAN DI INDONESIA TAK BERDAMPAK POSITIF KEPADA MORAL ANAK BANGSA YANG TERUS SAJA MENGALAMI PENURUNAN
05:21
No comments
KEBERHASILAN PENDIDIKAN DI INDONESIA TAK BERDAMPAK POSITIF
KEPADA MORAL ANAK BANGSA YANG TERUS SAJA MENGALAMI PENURUNAN
Pendidikan semakin maju
tapi moral dan perilaku anak bangsa terutama kalangan remaja SMA semakin
mengkhawatirkan. Perilaku remaja SMA saat ini sungguh sangat memprihatinkan
terjadi penurunan yang sangat drastis terhadap moral dan perilaku remaja SMA.
Saat ini sistem pendidikan nasional
khususnya pendidikan dasar dan menengah dapat dikatakan mengalami kemajuan.
Indikatornya adalah penerapan kelas percepatan (akselerasi), sekolah bertaraf
internasional (SBI), sekolah rintisan bertaraf internasional (RSBI), dan sekolah
standar nasional (SSN). Semuanya hampir tidak ada sebelum tahun 2000. Kemajuan
tidak hanya pada sistem tapi juga fasilitas khususnya pada sekolah yang sudah
berstandar nasional dan internasional, seperti ruangan full AC, ruangan berLCD
dan televisi untuk mendukung proses belajar-mengajar yang nyaris tidak ada pada
sekolah-sekolah biasa. Pelajar kita juga semakin pintar karena nilai 10 (sempurna)
UAN/UAS SD hingga SMA bukan sesuatu yang langka. Bahkan di satu sekolah bisa
lebih dari 10 orang yang mendapat nilai sempurna. Padahal sebelum Era Revormasi,
angka 10 benar-benar angka istimewa.
Namun kemajuan tersebut tidak
diikuti dengan majunya perilaku siswa. Penyebabnya sistem pendidikan kita yang
mayoritas menilai kelulusan hanya kecerdasan intelektual saja alias angka-angka
yang ada di raport dan ijazah. Padahal secara sederhana tujuan pendidikan
nasional adalah menciptakan kecerdasan intelektual dan emosional atau
spiritual. Saat ini perilaku pelajar sangat mengkhawatirkan seperti menjauh
dari ajaran agama, kurangnya rasa hormat terhadap orang yg lebih tua, siswa
yang merokok, model pakaian, hingga perbuatan yang menjurus asusila.
Saat ini jika diperhatikan hanya
sedikit pelajar yang melaksanakan ibadah berjamaah. Mereka cenderung lebih suka
berkumpul dengan teman-teman sebaya sekalipun waktu solat telah tiba. Apalagi
yang mengaji dan ibadah lainnya. Selain itu perilaku pelajar saat ini terlihat
kurang menghormati orang tua seperti berani membentak, melawan, bahkan
melakukan kekerasan fisik. Sesuatu yang benar-benar tidak sesuai dengan budaya
kita sebagi orang timur. Perilaku lainnya yang mengkhawatirkan adalah
meningkatnya jumlah pelajar yang merokok dari tahun ke tahun. Saat ini sudah
dapat kita temui pelajar kelas 4 SD yang sudah bisa bahkan terbiasa merokok.
Dua puluh tahun yang lalu pelajar yang merokok mayoritas mereka yang berstatus
pelajar SMA. Untuk masalah satu ini,, mereka tidak dapat disalahkan seutuhnya
karena mereka melihat perilaku orang tua mereka yang merokok bahkan terbiasa
disuruh membeli rokok sehingga mereka ingin mencobanya.
Model pakaian pelajar wanita
sekarang sungguh memprihatinkan karena tidak sedikit yang berpakaian ketat dan
rok di atas lutut yang terlalu tinggi naiknya. Pakaian seperti itu juga tidak
nyaman dilihat. Menurut saya ini salah satu efek negatif globalisasi karena
model pakaian seperti itu berasal dari luar. Hal ini juga tidak sesuai budaya
pakaian kita yang cenderung lebih tertutup dan sopan. Saya rasa pelajar yang
berpakaian seperti itu hanya berpikir pendek. Sebagian hanya ingin memamerkan
tubuh mereka dan supaya dikenal oleh sekeliling mereka. Mereka tidak berpikir
akibat buruk yang ditimbulkan. Pelajar sekarang sudah biasa melakukan hal-hal
asusila mulai berciuman, ML, bahkan harus aborsi. Bahkan tidak sedikit
pelajar yang putus sekolah karena MBA. Sangat disayangkan jika masa
depan yang cerah menjadi rusak karena kenikmatan sesaat.
Oleh: Jeni Mega Febriani
Subscribe to:
Posts (Atom)